Senin, 19 Mei 2014

Tinjauan Pustaka



KEBAKARAN HUTAN


Kebakaran hutan, kebakaran vegetasi, atau kebakaran semak, adalah sebuah kebakaran yang terjadi di alam liar, tetapi juga dapat memusnahkan rumah-rumah dan lahan pertanian disekitarnya.
Penyebab umum termasuk petir, kecerobohan manusia, dan pembakaran. Musim kemarau dan pencegahan kebakaran hutan kecil adalah penyebab utama kebakaran hutan besar.
Penyebab Kebakaran hutan, antara lain:
·           Sambaran petir pada hutan yang kering karena musim kemarau yang panjang.
·           Kecerobohan manusia antara lain membuang puntung rokok sembarangan dan lupa mematikan api di perkemahan.
·           Aktivitas vulkanis seperti terkena aliran lahar atau awan panas dari letusan gunung berapi.
·           Tindakan yang disengaja seperti untuk membersihkan lahan pertanian atau membuka lahan pertanian baru dan tindakan vandalisme.
·           Kebakaran di bawah tanah/ground fire pada daerah tanah gambut yang dapat menyulut kebakaran di atas tanah pada saat musim kemarau.

Dampak yang ditimbulkan dari kebakaran hutan antara lain:
1.      Menyebarkan emisi gas karbon dioksida ke atmosfer. Kebakaran hutan pada 1997 menimbulkan emisi / penyebaran sebanyak 2,6 miliar ton karbon dioksida ke atmosfer (sumber majala Nature 2002). Sebagai perbandingan total emisi karbon dioksida di seluruh dunia pada tahun tersebut adalah 6 miliar ton.
  1. Terbunuhnya satwa liar dan musnahnya tanaman baik karena kebakaran, terjebak asap atau rusaknya habitat. Kebakaran juga dapat menyebabkan banyak spesies endemik/khas di suatu daerah turut punah sebelum sempat dikenali/diteliti.
  2. Menyebabkan banjir selama beberapa minggu di saat musim hujan dan kekeringan di saat musim kemarau.
  3. Kekeringan yang ditimbulkan dapat menyebabkan terhambatnya jalur pengangkutan lewat sungai dan menyebabkan kelaparan di daerah-daerah terpencil.
  4. Kekeringan juga akan mengurangi volume air waduk pada saat musim kemarau yang mengakibatkan terhentinya pembangkit listrik (PLTA) pada musim kemarau.
  5. Musnahnya bahan baku industri perkayuan, mebel/furniture. Lebih jauh lagi hal ini dapat mengakibatkan perusahaan perkayuan terpaksa ditutup karena kurangnya bahan baku dan puluhan ribu pekerja menjadi penganggur/kehilangan pekerjaan.
  6. Meningkatnya jumlah penderita penyakit infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dan kanker paru-paru. Hal ini bisa menyebabkan kematian bagi penderita berusia lanjut dan anak-anak. Polusi asap ini juga bisa menambah parah penyakit para penderita TBC/asma.
  7. Asap yang ditimbulkan menyebabkan gangguan di berbagai segi kehidupan masyarakat antara lain pendidikan, agama dan ekonomi. Banyak sekolah yang terpaksa diliburkan pada saat kabut asap berada di tingkat yang berbahaya. Penduduk dihimbau tidak bepergian jika tidak ada keperluan mendesak. Hal ini mengganggu kegiatan keagamaan dan mengurangi kegiatan perdagangan/ekonomi. Gangguan asap juga terjadi pada sarana perhubungan/transportasi yaitu berkurangnya batas pandang. Banyak pelabuhan udara yang ditutup pada saat pagi hari di musim kemarau karena jarak pandang yang terbatas bisa berbahaya bagi penerbangan. Sering terjadi kecelakaan tabrakan antar perahu di sungai-sungai, karena terbatasnya jarak pandang.
  8. Musnahnya bangunan, mobil, sarana umum dan harta benda lain.
Penanggulangan kebakaran hutan :
Khusus di Indonesia, pada hakekatnya penanggulangan hutan telah di atur dengan jelas di dalam Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.12/Menhut-Ii/2009
Tentang Pengendalian Kebakaran Hutan. Adapun upaya penanggulangan yang dimaksud tersebut antara lain:
  1. Memberdayakan sejumlah posko yang bertugas menanggulangi kebakaran hutan di semua tingkatan. Pemberdayaan ini juga harus disertai dengan langkah pembinaan terkait tindakan apa saja yang harus dilakukan jika kawasan hutan telah memasuki status Siaga I dan juga Siaga II.
  2. Memindahkan segala macam sumber daya baik itu manusia, perlengkapan serta dana pada semua tingkatan mulai dari jajaran Kementrian Kehutanan hingga instansi lain bahkan juga pihak swasta.
  3. Memantapkan koordinasi antara sesame instansi yang saling terkait melalui dengan PUSDALKARHUTNAS dan juga di lever daerah dengan PUSDALKARHUTDA tingkat I dan SATLAK kebakaran lahan dan juga hutan.
  4. Bekerjasama dengan pihak luar seperti Negara lainnya dalam hal menanggulangi kebakaran hutan. Negara yang potensial adalah Negara yang berbatasan dengan kita misalnya dengan Malaysia berama pasukan BOMBA-nya. Atau juga dengan Australia bahkan Amerika Serikat.
Pada dasarnya upaya penanggulangan kebakaran hutan juga bisa disempurnakan jika pemerintah mau memanfaatkan teknologi semacam bom air. Atau bisa juga lebih lanjut ditemukan metode yang lebih efisien dan ampuh menaklukkan kobaran api di hutan. Langkah yang paling baik adalah dengan mengikutsertakan para perangkat pendidikan agar merancang teknologi maupun metode yang membantu pemerintah di level praktis. Sokongan dana dari pemerintah akan membuat program tersebut lebih baik dan terarah.
Pada rancang bangun alat pendeteksi dini kebakaran hutan, kelompok kami menggunakan beberapa macam sensor, yaitu :
1.           Sensor asap
Sensor asap ini menggunakan sensor cahaya (photoelectric censor). metode deteksi yang digunakan adalah cahaya. Apabila sensor asap yang ada di dalam detektor kebakaran terhalang oleh adanya asap yang ditimbulkan sekitar area hutan, maka sensor akan segera mendeteksi. Sensor biasanya hanya peka pada asap yang pekat. Selama sensor belum benar-benar terhalang oleh asap, sensor tidak akan mendeteksi.Jika sensor mendeteksi adanya asap yang pekat maka sensor akan memberikan peringatan berupa bunyi atau alarm. Metode ini bisa dilengkapi dengan perangkat seperti Smartphone yang bisa mengetahui langsung kondisi hutan.
Jenis sensor asap diantaranya adalah sensor Asap ICNE555. Jika sensor tersebut mendeteksi keberadaan asap diudara dengan tingkat konsentrasi tertentu, maka sensor akan menganggap terdapat asap di udara. Ketika sensor mendeteksi keberadaan asap maka resistansi elektrik sensor akan turun.

2.            Sensor suhu/thermal
Sensor suhu digunakan untuk merubah besaran panas menjadi besaran listrik yang dapat dengan mudah dianalisis besarnya. Sensor ini dapat mendeteksi gejala perubahan panas/temperature/suhu pada suatu dimensi atau ruang tertentu. Sensor suhu ini berguna untuk mendeteksi adanya di dalam kawasan hutan terlalu panas, dan terdeteksi adanya suhu panas akibat api yang menjalar.
 
3.           Sensor kelembaban udara dan kelembaban tanah
Sensor kelembaban digunakan untuk membantu dalam proses pengukuran atau pendefinisian suatu kelembaban uap air yang terkandung dalam udara, ataupun dalam tanah seperti kondisi tanah yang kering pada musim kemarau. Sensor ini dilengkapi dengan Smartphone yang bisa langsung mengetahui berapa persen kondisi terakhir suhu dan tanah

4.            Sensor gas
Sensor gas untuk mendeteksi adanya zat kimia yang bisa membahayakan hutan seperti kebakaran hutan seperti cairan bensin dan zat kimia lain yang mudah terbakar, dengan sensor ini kita juga bisa mendeteksi senyawa gas akibat kebakaran hutan seperti polutan yang mengandung karbonmonoksida, hidrokarbon, nitrooksida, dan lain-lain yang tidak baik bagu pernapasan udara.

5.      Sensor satelit dan Wireless
Sensor ini berfungsi untuk memonitoring keadaan dari atas, mendeteksi adanya Titik Panas atau Hotspot yaitu Indikator Kebakaran hutan yang mendeteksi suatu lokasi yang memiliki suhu relatif lebih tinggi dibandingkan suhu disekitarnya, dan lokasi yang sangat rentan terbakar.
Dengan sensor satelit dan wireless ini kita bisa memonitoring seluruh  hutan di Indonesia dengan tidak mempermasalahkan luas hutan karena sensor ini  bisa memonitoring secara strategis letak dan kondisi di dalam hutan diseluruh Indonesia bahkan diseluruh dunia.



Referensi
http://ekosistem-ekologi.blogspot.com/2013/04/langkah-penanggulangan-kebakaran-hutan.html
http://www.sharemyeyes.com/2013/05/sensor-gas.html
http://do-stupid-things.blogspot.com/2010/05/sensor-kelembaban-humidity-and-moisture.html
http://sensor-suhu.blogspot.com/2013/02/jenis-sensor-temperature-suhu.html
http://nurcahyanto88.wordpress.com/2011/03/30/spesifikasi-beberapa-sensor-satelit/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar